Review Novel Sang Patriot
Data Buku :
Judul Buku : Sang Patriot, Sebuah Epos Kepahlawanan
Penulis : Irma
Devita
Penerbit : Inti Dinamika
Publisher
Tebal Buku
: xii + 268 halaman
ISBN
: 978-602-14969-0-9
Cover dengan warna dominan merah dan coklat mengisyaratkan kegigihan dan perjuangan mencapai sesuatu. Cover buku ini di tunjang dengan gambar seorang prajurit yang tampak punggung dimana menisyaratkan sang patriot berjuang untuk sesuatu yang besar walau tak mengharapkan pujian dari perjuangannya.
Buku true strory
karya Irma Devita yang notabeno seorang notais serta penulis buku buku hukum ini dibahas dengan penggambaran bahasa yang ringan pada
setiap peristiwa yang disungguhkan. Dalam pembuka (prolog) novel, pembaca mulai
disuguhkan peristiwa yang mencengkam, sehingga pembaca tidak dibiarkan untuk
berhenti membaca. Penokohan sang kakek penulis yang berkarakter membuat
novel ini menemukan nyawanya, latar tempat di beberapa wilayah Jawa Timur, dan latar perisitiwa
perjuangan kemerdekaan melawan penjajah Jepang dan Belanda lebih menghidupkan
perjuangan Letnan Kolonel
Mochammad Sroedji.
Laki laki tangguh asal bangkalan madura ini sejak
kecil memiliki pendirian kuat untuk
mengenyam pendidikan yang saat itu milik para anak bangsawan.
"Ya, Aku akan sekolah! Akan kugapai
impianku, jadi tentara," seru Sroedji dalam hati. (Senopati Kecil,
h.10).
Beliau berhasil menyelesaikan studi pendidikan
mulai dari Ongko Loro selama dua tahun (hal.10), setelah itu nekad menuntut
ilmu yang lebih tinggi di Hollands Indische School (HIS) Kediri yang berhasil
direkomendasikan oleh Pusponegoro, pamannya sendiri (hal.12). ”Kejarlah ilmu
hingga negeri cina ” mungkin inilah istilah yang tepat untuk menggambarkan
perjuangan Sroedji dalam meraih pendidikannya. Ke Ambactsleergang Kediri, yakni
sebuah sekolah Kejuruan Bidang Pertukangan atau lebih dikenal sebagai sekolah
Teknik dimasa kini (hal. 14).
Novel ini dipercantik dengan kisah romantis
sroedji dengan Rukmini. Dimana rukmini sebagai tokoh yang digambarkan sebagai
seorang istri harus rela ditinggalkan
Sroedji meraih cita citanya hingga negri kincir. Keikhlasan hati rukmini di
tulis secara apik dan lugas dalam kalimat Pak,
ikutilah kata hatimu. Sudah jadi tekadmu menjadi pembela tanah air. Jangan
khawatirkan Cuk, Pom, atau aku...." (Dilatih Sebagai Perwira PETA,
h.48),
Tokoh rukmini di kisahkan wanita cerdas yang tak
gampang kalut dan gusar. Terlihat saat suami
tercintanya yang diwartakana sebagai pemberontak oleh belanda dan di beri
hadiah 10.000 gulden bagi siapa yang bisa menangkapnya hidup maupun mati. Ada beberapa
kalimat dalam novel ini menggunakan kalimat bahasa jawa namun sayangnya tidak diberi keretangan terjemahaan
dalam bahasa indonesia.
”Sesosok jasad terbujur kaku di meja yang sengaja
diltekakkan di pelataran musala. Terbaring dalam hening. Tampak agung walau
beberapa waktu lalu tersungkur bergenang darah mengering dari luka menganga di
wajah yang bola
matanya raib tercabut dari tempatnya. Tubuh berperawakan sedang namun berisi
itu menjadi saksi bisu kekejaman tangan-tangan yang pernah mendera, penuh
lubang peluru dan cabikan bayonet
adalah prolog yang tepat untuk menggambarkan isi dari novel ini. Dimana sang
senopati harus gugur dimedan pertempuran. Kisah trailer dalam novel ini
dikisahkan diakhir babak pahlawan yang tak bernyawa itu diseret oleh truk
pasukan sampai darah menjadi perekat debu-debu jalan pada sekujur tubuh,
kerikil jalan menjadi amplas alami yang membuat kulitnya tergores. Novel yang
wajib di baca untuk semua umur dapat meningkatkan jiwa nasionalisme yang sudah
mulai terhapus hedonisme.
.
resensi ini diikutsertakan lomba resensi http://apikecil.net/53/lomba-review-novel-sang-patriot
Terima kasih atas partisipasinya :)
BalasHapusterima kasih reviewnya ya mbak... :)
BalasHapus